Banyak cara bagi mahasiswa untuk mengisi waktu luang. Mulai dari
menjalankan hobi, bekerja sambilan, hingga berkarya melalui berbagai
kegiatan seni. Salah satunya dengan bermusik yang bermula dari hobi
semata dan di kemudian hari mungkin menjadi profesi.
Bermain musik tidak hanya membantu menghilangkan stres dan kejenuhan, tetapi juga terapi bagi jiwa karena menjadi sarana mengungkapkan rindu dan cinta serta menambah teman baru di luar lingkungan kampus. Banyak pula yang membentuk band dengan teman dari satu jurusan, fakultas, sekampus, atau beda kampus.
Banyak pula band yang terkenal sekarang bermula dari kampus, seperti The SIGIT di Bandung dan Gecko di Bali. Para personelnya pun akhirnya memilih berkarier sebagai musisi profesional, bukan hanya sebatas hobi. ”Band saya vakum, kalau tidak mau dibilang bubar. Tidak mudah bermain musik sambil tetap kuliah,” kata Achmad Prayogi Raditya, mahasiswa semester VII program studi Komunikasi Humas, Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta. Dia menuturkan, semasa SMA, ia bersama beberapa teman sekolah membentuk band Rave di SMA Negeri 55, Pancoran, Jakarta Selatan. Dia menjadi pemain bas dan ikut kursus musik. Kegiatan itu berlanjut hingga kuliah di Fakultas Vokasi (dulu Diploma 3), Universitas Indonesia.
Band tersebut tak lanjut karena mereka menyadari betapa berat perjuangan untuk menjadi band top. Untuk urusan merekam satu lagu saja perlu biaya tak sedikit. Selain itu, para personelnya punya kesibukan masing-masing. ”Kami dulu sangat serius untuk kegiatan band itu, tetapi ternyata tak mudah untuk menekuni musik terus,” kata Abdurrahman Siddiq, mahasiswa Jurusan Manajemen Pemasaran STIE Perbanas, Jakarta, yang juga bekas gitaris band Rave ini. Sebelumnya, dia juga ikut mendirikan band Old Fashion House.
Meski kegiatan band vakum, mereka tetap sering bertemu, salah satunya di Studio Musik Arlet di daerah Tebet, Jakarta. Apalagi di situ banyak mahasiswa dari berbagai kampus yang senang bermusik dan penikmat musik. ”Kegiatan bermusik mendapat dukungan penuh dari orangtua karena dianggap kegiatan positif. Mereka senang jika anaknya punya kegiatan di luar kampus yang membawa pengaruh baik, salah satunya dengan bermusik,” ujar Achmad.
Menurut dia, jenis musik Rave yang pop rock mendapat pengaruh dari band-band kesukaan para personelnya, seperti The Kooks, The Klaxons, yakni band indie asal Inggris, serta Sondre Lerche, penyanyi asal Norwegia yang juga penulis lagu dan musisi yang menguasai berbagai jenis alat musik.
Bermain musik tidak hanya membantu menghilangkan stres dan kejenuhan, tetapi juga terapi bagi jiwa karena menjadi sarana mengungkapkan rindu dan cinta serta menambah teman baru di luar lingkungan kampus. Banyak pula yang membentuk band dengan teman dari satu jurusan, fakultas, sekampus, atau beda kampus.
Banyak pula band yang terkenal sekarang bermula dari kampus, seperti The SIGIT di Bandung dan Gecko di Bali. Para personelnya pun akhirnya memilih berkarier sebagai musisi profesional, bukan hanya sebatas hobi. ”Band saya vakum, kalau tidak mau dibilang bubar. Tidak mudah bermain musik sambil tetap kuliah,” kata Achmad Prayogi Raditya, mahasiswa semester VII program studi Komunikasi Humas, Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta. Dia menuturkan, semasa SMA, ia bersama beberapa teman sekolah membentuk band Rave di SMA Negeri 55, Pancoran, Jakarta Selatan. Dia menjadi pemain bas dan ikut kursus musik. Kegiatan itu berlanjut hingga kuliah di Fakultas Vokasi (dulu Diploma 3), Universitas Indonesia.
Band tersebut tak lanjut karena mereka menyadari betapa berat perjuangan untuk menjadi band top. Untuk urusan merekam satu lagu saja perlu biaya tak sedikit. Selain itu, para personelnya punya kesibukan masing-masing. ”Kami dulu sangat serius untuk kegiatan band itu, tetapi ternyata tak mudah untuk menekuni musik terus,” kata Abdurrahman Siddiq, mahasiswa Jurusan Manajemen Pemasaran STIE Perbanas, Jakarta, yang juga bekas gitaris band Rave ini. Sebelumnya, dia juga ikut mendirikan band Old Fashion House.
Meski kegiatan band vakum, mereka tetap sering bertemu, salah satunya di Studio Musik Arlet di daerah Tebet, Jakarta. Apalagi di situ banyak mahasiswa dari berbagai kampus yang senang bermusik dan penikmat musik. ”Kegiatan bermusik mendapat dukungan penuh dari orangtua karena dianggap kegiatan positif. Mereka senang jika anaknya punya kegiatan di luar kampus yang membawa pengaruh baik, salah satunya dengan bermusik,” ujar Achmad.
Menurut dia, jenis musik Rave yang pop rock mendapat pengaruh dari band-band kesukaan para personelnya, seperti The Kooks, The Klaxons, yakni band indie asal Inggris, serta Sondre Lerche, penyanyi asal Norwegia yang juga penulis lagu dan musisi yang menguasai berbagai jenis alat musik.